Konsep ‘pola budaya’
atau Cultural Pattern pertama kali
diperkenalkan oleh Ruth Benedict. Ruth yang sebelumnya adalah seorang guru
bahasa Inggris kemudian menjadi seorang antropolog berkat bantuan pelajaran dari gurunya Franz Boas yang juga
se-orang antropolog. Sebagai seorang antropolog, Ruth menyebarluaskan gagasan
Pola Budaya itu melalui bukunya yang terkenal
The Individual and the Pattern of
Culture yang membahas secara mendalam Patterns
of Culture.
Menurut dia, kebudayaan merupakan cara-cara yang
menjadi dasar kehidup-an manusia, cara-cara itu ditampilkan melalui
karakteristik kebudayaan yang unik. Keunikan itu, kata Ruth, dimunculkan
individu karena secara psikologis manusia dipengaruhi oleh se-kelompok orang
tertentu yang telah membuat konfigurasi khusus dari kebudayaan mereka dan
menjadikan konfigurasi itu sebagai sifat-sifat kebudayaan kelompok itu.
(Goodenough 1996:139; dan C. Thomas Lewis, Iii
and Jonathan Berry in Anthropological
Theories: A Guide Prepared By Students For Students Historicism –
Department of Anthro-pology College of Arts and Sciences The University of
Alabama ).
Publikasi Ruth
Benedict tentang Patterns of Culture
keluar tahun 1934; Margaret Mead dalam pengantar untuk edisi tahun 1959
menyatakan; ‘tatkala Ruth Benedict memulai pekerjannya dalam antropologi tahun
1921, istilah kebudayaan sebagai-mana yang kini kita gunakan dipandang sebagai
sistematik tubuh dari perilaku budaya yang ditransmisi-kan dari orang tua
kepada anak-anak mereka, kebudayaan hanya merupakan sebagian dari kosa kata
yang dikenal oleh satu kelompok kecil antropolog profesional. Dalam dunia
modern kini istilah kebudayaan digunakan makin luas. Benedict menekankan
bahwa kebudayaan itu seperti seorang
individu, lebih kurang terlihat dalam pola-pola yang konsisten untuk berpikir
dan bertindak.’
Setiap kali Ruth
Benedict membahas kebudayaan maka dia selalu menekankan proyeksi kepribadian
seorang yang dipengaruhi oleh kebudayaannya dalam bentuk pola-pola peri-laku.
Pola-pola kepribadian orang itu terbentuk oleh pengaruh pola-pola budaya, jadi
yang penting dalam setiap kebudayaan adalah Pattens
of Culture. Karya Ruth ini diperoleh dari studinya yang mendalam tentang kebudayan orang Zuni, Dobu,
dan Kwakiutl yang ditunjukkan oleh pola-pola budaya yang sangat dominan dalam
pembentukan ke-pribadian.(http://www.aaanet.org-http//www.sfaa.net/ http://anthropology.wadsworth.com)
Setelah meneliti tiga
kebudayaan, Zuñi, Dobu, dan Kwakiutl - melalui pendekatan morfologis dalam
studi psikologis - dia menarik kesimpulan bahwa tiga kebudaya-an itu tidak
sepenuhnya heterogen, mereka berbeda satu sama lain karena orientasi budaya
mereka mengarah pada konsep menyeluruh wholeness, dan tujuan akhir serta sasaran se-tiap
masyarakat tidak bisa diamati dari cara pandang kebudayaan masyarakat lain,
meskipun hal itu bisa dilakukan dalam bentuk studi perbandingan. Jadi dua atau
lebih kebudayaan dapat dibandingkan namun tidak bisa disamakan.
Dasar teori dari Ruth
tatkala menyusun konsep Patterns of
Culture (1934). bahwa dalam diri manusia terdapat sistem memori budaya
(cultural memory system) yang berguna untuk mengelaborasi rangsangan yang masuk
(termasuk pola dan perilaku budaya) dari luar yang oleh para penganut psikologi
Gestalt, rangsangan itu diterima melalui sistem syaraf. Transmisi kebudayaan material maupun non material itu bisa langsung dan
bisa juga tidak langsung. Transmisi langsung secara hereditas melalui perangai
dan perilaku orang tua, misalnya dalam pola-pola budaya untuk menyatakaan
kegembiraan, ke-sedihan, senyuman, dll Sedangkan transmisi tidak langsung
melalui media, misalnya radio, televisi, video, tape recorder, surat kabar dan majalah, dll.
Pola-pola budaya yang ditransmisikan itu kemudian dapat diamati dalam
perilaku manusia dan efektivitasnya sangat ditentukan oleh tiga faktor penting,
yang seringkali disebut faktor-faktor yang mereproduksi pola budaya, yakni; (1)
kemampuan memori manusia dan peluang aktivitas memori; (2) storage external, bagaimana kemampuan manusia menyimpan rangsangan
dari luar; dan (3) proses transmisi itu sendiri.
Apa out come dari transmisi itu? Mari, kita
mengamati dunia sekeliling kita dan mem-pelajari strukturnya dengan
mengabstraksi sebab dan akibat, dan mendokumentasikan pelbagai pemecahan
masalah di bawah pelbagai kondisi yang berbeda. Nampak bahwa ada beberapa
perilaku budaya empiris (visual pattern) yang mempunyai keteraturan. Dengan visual pattern dimaksudkan bahwa semua manusia dapat membuat
pernyataan yang paling sederhana tentang konsep pola-pola. (Salingaros, 1999).
Lanjut Salingaros, dalam hidup manusia ada begitu banyak pola yang telah
dimasukkan ke dalam otak kita, pola-pola itu ‘mengganggu’ akal atau pikiran
kita melalui tindakan dan reaksi sebagai jaminan bahwa kita masih berjuang
menghadapi hidup.