Rabu, 11 Juli 2012

APA ITU POLA BUDAYA?


APA ITU POLA BUDAYA?

Konsep ‘pola budaya’ atau Cultural Pattern pertama kali diperkenalkan oleh Ruth Benedict. Ruth yang sebelumnya adalah seorang guru bahasa Inggris kemudian menjadi seorang antropolog berkat bantuan  pelajaran dari gurunya Franz Boas yang juga se-orang antropolog. Sebagai seorang antropolog, Ruth menyebarluaskan gagasan Pola Budaya itu melalui bukunya yang terkenal  The Individual and the Pattern of Culture yang membahas secara mendalam Patterns of Culture.

Menurut dia, kebudayaan merupakan cara-cara yang menjadi dasar kehidup-an manusia, cara-cara itu ditampilkan melalui karakteristik kebudayaan yang unik. Keunikan itu, kata Ruth, dimunculkan individu karena secara psikologis manusia dipengaruhi oleh se-kelompok orang tertentu yang telah membuat konfigurasi khusus dari kebudayaan mereka dan menjadikan konfigurasi itu sebagai sifat-sifat kebudayaan kelompok itu. (Goodenough 1996:139; dan C. Thomas Lewis, Iii  and Jonathan Berry in Anthropological Theories: A Guide Prepared By Students For Students Historicism – Department of Anthro-pology College of Arts and Sciences The University of Alabama ).

Publikasi Ruth Benedict tentang Patterns of Culture keluar tahun 1934; Margaret Mead dalam pengantar untuk edisi tahun 1959 menyatakan; ‘tatkala Ruth Benedict memulai pekerjannya dalam antropologi tahun 1921, istilah kebudayaan sebagai-mana yang kini kita gunakan dipandang sebagai sistematik tubuh dari perilaku budaya yang ditransmisi-kan dari orang tua kepada anak-anak mereka, kebudayaan hanya merupakan sebagian dari kosa kata yang dikenal oleh satu kelompok kecil antropolog profesional. Dalam dunia modern kini istilah kebudayaan digunakan makin luas. Benedict menekankan bahwa  kebudayaan itu seperti seorang individu, lebih kurang terlihat dalam pola-pola yang konsisten untuk berpikir dan bertindak.’

Setiap kali Ruth Benedict membahas kebudayaan maka dia selalu menekankan proyeksi kepribadian seorang yang dipengaruhi oleh kebudayaannya dalam bentuk pola-pola peri-laku. Pola-pola kepribadian orang itu terbentuk oleh pengaruh pola-pola budaya, jadi yang penting dalam setiap kebudayaan adalah Pattens of Culture. Karya Ruth ini diperoleh dari studinya yang  mendalam tentang kebudayan orang Zuni, Dobu, dan Kwakiutl yang ditunjukkan oleh pola-pola budaya yang sangat dominan dalam pembentukan ke-pribadian.(http://www.aaanet.org-http//www.sfaa.net/ http://anthropology.wadsworth.com)

Setelah meneliti tiga kebudayaan, Zuñi, Dobu, dan Kwakiutl - melalui pendekatan morfologis dalam studi psikologis - dia menarik kesimpulan bahwa tiga kebudaya-an itu tidak sepenuhnya heterogen, mereka berbeda satu sama lain karena orientasi budaya mereka mengarah pada konsep menyeluruh wholeness,  dan tujuan akhir serta sasaran se-tiap masyarakat tidak bisa diamati dari cara pandang kebudayaan masyarakat lain, meskipun hal itu bisa dilakukan dalam bentuk studi perbandingan. Jadi dua atau lebih kebudayaan dapat dibandingkan namun tidak bisa disamakan.

Dasar teori dari Ruth tatkala menyusun konsep Patterns of Culture (1934). bahwa dalam diri manusia terdapat sistem memori budaya (cultural memory system) yang berguna untuk mengelaborasi rangsangan yang masuk (termasuk pola dan perilaku budaya) dari luar yang oleh para penganut psikologi Gestalt, rangsangan itu diterima melalui sistem syaraf.  Transmisi kebudayaan material maupun non material itu bisa langsung dan bisa juga tidak langsung. Transmisi langsung secara hereditas melalui perangai dan perilaku orang tua, misalnya dalam pola-pola budaya untuk menyatakaan kegembiraan, ke-sedihan, senyuman, dll Sedangkan transmisi tidak langsung melalui media, misalnya radio, televisi, video, tape recorder, surat kabar dan majalah, dll. 

Pola-pola budaya yang ditransmisikan itu kemudian dapat diamati dalam perilaku manusia dan efektivitasnya sangat ditentukan oleh tiga faktor penting, yang seringkali disebut faktor-faktor yang mereproduksi pola budaya, yakni; (1) kemampuan memori manusia dan peluang aktivitas memori; (2) storage external, bagaimana kemampuan manusia menyimpan rangsangan dari luar; dan (3) proses transmisi itu sendiri.

Apa out come dari transmisi itu? Mari, kita mengamati dunia sekeliling kita dan mem-pelajari strukturnya dengan mengabstraksi sebab dan akibat, dan mendokumentasikan pelbagai pemecahan masalah di bawah pelbagai kondisi yang berbeda. Nampak bahwa ada beberapa perilaku budaya empiris (visual pattern) yang mempunyai keteraturan. Dengan visual pattern  dimaksudkan bahwa semua manusia dapat membuat pernyataan yang paling sederhana tentang konsep pola-pola. (Salingaros, 1999). Lanjut Salingaros, dalam hidup manusia ada begitu banyak pola yang telah dimasukkan ke dalam otak kita, pola-pola itu ‘mengganggu’ akal atau pikiran kita melalui tindakan dan reaksi sebagai jaminan bahwa kita masih berjuang menghadapi hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar